Manager Mandau Putra Buka Suara Terkait Juara 1 Bersama di Piala Bupati Ketapang 2025

oleh
Manager Club Mandau Putra, Laurensius Sikat Gudag.

KETAPANG, HK  — Mandau Putra, klub sepak bola asal Kabupaten Ketapang yang kini dinakhodai oleh Manager Laurensius Sikat Gudag kembali menegaskan komitmennya untuk membina dan mengembangkan talenta muda di Kalimantan Barat. Pada tahun 2025, Mandau Putra resmi bersiap mengikuti Piala Soeratin U-15 Regional Kalbar dan tengah mematangkan skuad muda mereka melalui pembinaan berjenjang.

Selain itu, Mandau Putra juga memastikan diri untuk berpartisipasi dalam Liga 4 Kalimantan Barat, dan saat ini sedang dalam proses melengkapi persyaratan administrasi agar dapat turun sebagai salah satu peserta resmi. Klub ini menegaskan bahwa mereka selalu konsisten menurunkan pemain muda berbakat demi kemajuan sepak bola Kalbar.

Namun, di tengah persiapan tersebut, Laurensius angkat bicara mengenai insiden yang terjadi pada Piala Bupati Ketapang 2025, khususnya terkait keputusan panitia yang menetapkan juara 1 bersama. Menurutnya, keputusan tersebut tidak sesuai dengan regulasi turnamen yang seharusnya ditegakkan secara profesional.

“Dalam turnamen Piala Bupati 2025, tentu kita ingin melihat potensi pemain lokal muda. Jika ada yang sesuai dengan kriteria, kami siap mengajak mereka berkarir bersama Mandau Putra. Namun, dengan terjadinya insiden juara 1 bersama dan keputusan panitia yang tidak sesuai regulasi, ini menunjukkan bahwa Piala Bupati 2025 belum mampu melahirkan juara yang jelas ataupun bibit pemain yang potensial,” ujar Laurensius pada Rabu 26 November 2025.

Ia juga menyoroti bahwa Mandau Putra tidak diundang pada Piala Bupati 2025, dan hingga kini belum menerima surat keputusan resmi dari panitia terkait larangan keikutsertaan klub tersebut.

“Kami meminta surat keputusan panitia Piala Bupati 2024 yang menyatakan Mandau Putra tidak boleh ikut pada 2025. Sampai hari ini, surat tersebut tidak pernah diberikan,” tegasnya.

Laurensius mempertanyakan tata tertib penyelenggaraan turnamen tersebut, terutama terkait Partai Final yang hanya bermain dua menit dan menolak keputusan wasit namun tetap dinyatakan sebagai juara.

“Jika ada tim yang tidak menghormati keputusan wasit dan hanya bermain dua menit, aturan dari mana mereka bisa menjadi juara? Piala Bupati seharusnya memiliki output yang jelas, terutama sebagai dasar untuk mengikuti Liga 4 dan Piala Gubernur. Jika seperti ini, quo vadis—kemana arah sepak bola Ketapang?” tambahnya.

Ia berharap penyelenggaraan turnamen di Ketapang dapat dibenahi demi kepentingan pembinaan pemain muda dan kemajuan sepak bola daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *